KONSISTEN DALAM KEBENARAN

Para pengemban dakwah melakukan perubahan mendasar (taghyir) ketika berada di dalam Darul Kufr (Negara Kufur) seperti saat ini. Disebut Darul Islam apabila dasar negara tersebut berdasarkan aqidah Islam, menerapkan hukum-hukum Islam dan keamanaannya berdasarkan Islam. Disebut Darul Kufr apabila dasar negara tersebut berdasar selain Islam, tidak menerapkan hukum-hukum Islam dan keamanannya berdasar kepada selain Islam.

Namun, ketika para pengemban dakwah berada di dalam darul Islam, maka mereka akan melakukan kritik dan koreksi (muhasabah) dan amar makruf nahyu munkar.

Yang akan dibahas di sini adalah ketika para pengemban dakwah berada di dalam Darul Kufr, karena kondisi pada saat ini hampir sama dengan kondisi ketika Daulah Islam belum tegak dahulu, yaitu sebelum Kaum Muslim hijrah ke Madinah.

Para pengemban dakwah mengalami banyak mengalami berbagai rintangan dan halangan dalam berdakwah, baik dari para penguasa itu di dalam negeri itu sendiri juga dari piihak asing. Di antara uslub (cara) yang digunakan oleh Kafir Mekkah untuk merintangi jalan dakwah tersebut adalah sebagai berikut : 

Penyiksaan (pemukulan)

Al-Hâkim dalam al-Mustadrak telah mengeluarkan sebuah hadits, ia berkata, "Hadits ini shahih isnadnya memenuhi syarat Muslim, dan Imam Muslim pun menyetujui hadits ini dalam  al-Talkhîsh." Dari Anas ra., ia berkata :
Kafir Quraisy telah memukuli Rasullullah saw. hingga beliau pingsan. Kemudian Abû Bakar ra. berdiri dan berteriak, "Binasa kalian!, Apakah kalian akan membunuh orang yang mengatakan, ‘Tuhanku adalah Allah?’" Mereka berkata, "Siapa orang ini?." Mereka berkata lagi, "Orang ini adalah anak Abi Kuhafah yang gila."
 
Mengikat

Al-Bukhâri meriwayatkan dari Sa'id bin Zaid bin Amr bin Nufail dari Masjid Kufah, ia berkata :

Demi Allah, aku melihat diriku sendiri, ketika Umar telah mengikatku karena keislamanku, sebelum dia masuk Islam. Andai saja gunung Uhud hilang dari tempatnya, disebabkan oleh apa yang kalian lakukan terhadap ‘Utsmân, pasti dia pun akan tetap konsisten seperti itu. Dalam riwayat al-Hâkim dikatakan, "Ia mengikatku dan ibuku." Ia berkata, "Hadits ini shahih memenuhi syarat Muslim."

Tekanan dari Ibu

Ibnu Hibban meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya dari Mus’ab bin Sa’ad dari bapaknya, berkata, "Berkata Ummu Sa’ad," "Bukankah Allah telah memerintahkanmu untuk berbuat baik kepada orang tua? Demi Allah, aku tidak akan makan dan tidak akan minum hingga aku mati atau engkau kufur (dari agama Muhammad)." Sa'ad berkata," " jika mereka hendak memberi makan kepadanya, maka mereka membuka mulutnya dengan paksa."  "Kemudian turunlah ayat:

Dan Aku telah memerintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuannya. (TQS. al-Ankabut : 8).

Dijemur di bawah terik matahari

Dari Abdullah, ia berkata, "Sesunguhnya yang pertama kali menampakkan keislamannya ada tujuh orang, yaitu Rasulullah saw., maka Allah meberikan perlindungan kepada beliau dengan pamannya, Abû Thalib. Kemudian Abû Bakar, maka Allah melindunginya dengan kaumnya. Sedangkan yang lainnya, mereka disiksa oleh kaum Musyrik. Mereka dipaksa memakai baju besi, kemudian dijemur di bawah terik matahari. Maka tidak ada seorang pun kecuali melakukan apa yang diinginkan oleh kafir Quraisy, kecuali Bilal. Karena ia telah mampu menundukkan perasaannya karena Allah semata. Hingga ia menganggap sepele terhadap kaumnya. Akibatnya mereka semakin marah dan menyuruh anak-anak untuk mengarak Bilal di lembah-lembah Makkah. Ketika itu Bilal mengatakan, ‘Ahad-Ahad.’"  (HR. al-Hâkim dalam  al-Mustadrak. Ia berkata, "Hadits ini shahih isnadnya, meski tidak dikeluarkan oleh al-Bukhâri Muslim." Dalam  at-Tarikh, adz-Dzahabi menyetujuinya).

Melarang tampil dan menyerukan (dakwah) secara terbuka

Al-Bukhâri telah mengeluarkan dari hadits yang cukup panjang, dari ‘Aisyah ra. Ia berkata: ' "Kaum Quraisy tidak mengabaikan jaminan Ibnu Daghanah. Mereka berkata kepada Ibnu Daghanah, ‘Perintahkanlah Abû Bakar untuk menyembah Tuhannya di rumahnya, silahkan ia shalat di rumanya, dan membaca sekehendaknya. Dengan begitu dia tidak akan menyakiti kita sedikit pun. Katakan padanya, janganlah ia menampakkan ibadahnya itu, karena kita khawatir kaum wanita dan anak-anak kita akan tergoda.’ Kemudian Ibnu Daghanah pun menyampaikan permintaan kaum Quraisy itu kepada Abû Bakar. Abû Bakar pun tidak bisa berbuat banyak, ia beribadah kepada Allah di rumahnya dan tidak menampakkan shalatnya dan tidak membacakan al-Quran di luar rumahnya. Kemudian Abû Bakar punya gagasan untuk membangun masjid di halaman rumahnya. Ia pun shalat di masjidnya itu dan membaca al-Quran. Apa yang dilakukan Abû Bakar ini berhasil memikat kuam wanita dan anak-anak Quraisy. Mereka terkagum-kagum oleh Abû Bakar, dan memperhatikannya pada saat beribadah di Masjidnya. Abû Bakar adalah laki-laki yang sering menangis, ia tidak bisa manahan air matanya  ketika membaca al-Quran. Maka para pembesar Quraisy pun terkejut karenanya. Kemudian mereka memanggil Ibnu Daghanah dan ia pun datang memenuhi panggilan tersebut. Mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami menjamin Abu Bakar karena jaminanmu agar beribadah kepada Tuhannya di rumahnya saja, tapi ia telah melanggarnya. Ia membangun Masjid di halaman rumahnya, kemudian secara terang-terangan shalat dan membaca al-Quran di Masjidnya itu. Kami sangat khawatir istri-istri dan anak-anak kami tergoda olehnya. Cegahlah ia! Jika ia memilih  untuk menyembah Tuhannya di rumahnya, maka biarkan ia melakukannya. Tapi jika menolak dan ia tetap akan menyembah Tuhanya secara terang-terangan, maka mintalah kepadanya agar mengembal ikan jaminanmu. Karena kami tidak ingin mempermalukanmu, dan kami tidak mengizinkan Abû Bakar beribadah secara terang-terangan."

Melempar dengan batu

Ibnu Hibban dan Ibnu Huzaimah telah mengeluarkan hadits dalam kitab Shahih-nya dari Thariq al-Muharibi, ia berkata; Aku melihat Rasulullah saw. lewat pasar Dzil Majaz. Ia memakai jubah berwarna merah. Beliau bersabda :

Wahai manusia, katakanlah Lâ Illâha Illallâh, niscaya kalian akan berbahagia.

Pada saat itu ada seorang laki-laki yang mengikuti Rasulullah saw. sambil melemparinya dengan batu. Akibatnya tumit dan betis beliau berdarah. Orang itu berkata, "Wahai manusia!, Jangan mengikutinya karena ia adalah pendusta." Aku berkata, "Siapa orang itu?" Mereka berkata, "Ia adalah anak muda dari bani Abdil Muthalib." Aku berkata lagi, "Lalu siapa orang yang mengikutinya sambil melemparinya dengan batu?" "Mereka berkata, "Abdul Uzza", Abû Lahab.

Melempar kotoran, seperti kotoran unta dan lainnya

Ibnu Sa'ad telah meriwayatkan dalam ath-Thabaqat dari dari ‘Aisyah ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda:

Aku berada di antara kejahatan dua tetangga, yaitu Abû Lahab dan ‘Uqbah bin Abi Mu’ith. Keduanya suka membawa kotoran unta kemudian dilemparkan ke pintu rumahku. Bahkan mereka (orang Quraisy) pun suka membawa sebagian kotoran kemudian dilemparkan ke rumahku.

Kemudian Rasul saw. keluar membawa kotoran itu seraya berkata, "Wahai bani Abdu Manaf, pertetanggaan seperti apakah ini?" Kemudian Nabi saw. melemparkannya ke jalan.

Berusaha menginjak leher dan menaburkan tanah ke wajah

Imam Muslim telah meriwayatkan dari Abû Hurairah, ia berkata; Abû Jahal pernah berkata, "Apakah Muhammad ditaburi wajahnya dengan tanah di depan kalian?" Kemudian ada yang menjawab, "Benar." Abû Jahal berkata, "Demi Latta dan Uzza, jika aku melihatnya melakukan hal itu, maka aku akan menginjak lehernya atau akan menaburkan tanah ke wajahnya." Abû Hurairah berkata, "Kemudian Abû Jahal mendatangi Nabi saw., ketika beliau sedang shalat. Ia bermaksud menginjak leher Nabi saw. Maka, tidak ada yang mengagetkan mereka, kecuali saat dia berjalan di belakangnya dan menahan tangannya. Kemudian dikatakan kepadanya, ‘Apa yang terjadi padamu?’ Abû Jahal berkata, ‘Antara aku dan Muhammad benar-benar ada parit api, monster yang menakutkan, dipenuhi dengan sayap-sayap." Rasulullah saw. bersabda:

Andai kata (Abû Jahal) mendekatiku, maka pasti ia akan disambar anggota tubuhnya satu persatu oleh Malaikat.

Penyiksaan tanpa diceritakan uslubnya

Al-Hâkim telah mengeluarkan dalam kitab al-Mustadrak, ia berkata, "Hadits ini shahih, memenuhi syarat Muslim", adz-Dzahabi menyetujuinya dalam kitab at-Talkhîsh dari Jabir, sesungguhnya Nabi saw. menghampiri Amar dan keluarganya yang sedang disiksa. Kemudian Rasul saw. bersabda:

Bergembiralah wahai keluarga Amar dan keluarga Yasir, sesungguhnya tempat yang dijanjikan kepada kalian adalah surga.

Ahmad telah meriwayatkan dengan isnad yang perawinya terpercaya dari Utsman ra., ia berkata, aku datang bersama Rasul saw. Beliau memegang tanganku. Kami berjalan-jalan di Batha hingga beliau mendatangi bapak dan ibunya Amar dan keluarganya yang sedang disiksa. Abû Amar berkata, "Wahai Rasulullah!, Apakah seperti ini?" Kemudian Rasulullah saw. bersabda:

Bersabarlah! Kemudian beliau bersabda, "Ya Allah, ampunilah keluarga Yasir! (Yasir berkata,) "Aku akan tetap bersabar."

Membuat kelaparan

Ibnu Hibban telah mengeluarkan dalam kitab Shahih-nya dari Anas, ia bekata; Rasulullah saw. bersabda:

Aku telah disiksa karena Allah, dan tidak ada seorang pun yang dianiaya. Aku telah ditakut-takuti karena Allah, dan tidak ada seorang pun yang ditakut-takuti. Aku telah diboikot selama tiga hari tiga malam, dan aku tidak melihat makanan sedikit pun kecuali yang tersembunyi di balik ketiak Bilal.

Pemboikotan

Ibnu Sa'ad telah meriwayatkan dalam  ath-Thabaqat dari al-Waqidi' dari Ibnu Abbas, dan Abû Bakar bin Abdurrahman bin al-Haris bin Hisyam, dan Utsman bin Abi Sulaiman bin Jubair bin Muth’im, hadits sebagian mereka masuk kepada sebagian yang lain: "Orang Quraisy telah menulis surat kepada Bani Hasyim agar mereka tidak menikah, berjual-beli dan bergaul dengan kaumQuraisy" Mereka telah memutuskan bantuan barang dagangan dari Bani Hasyim. Bani Hasyim tidak keluar kecuali dari satu musim ke musim yang lain hingga ditimpa kepayahan dan terdengar suara tangisan anak-anak mereka dari balik lembah. Di antara orang Quraisy ada yang senang melihat hal itu dan ada yang tidak senang" Mereka tinggal di lembah itu selama tiga tahun" Adz-Dzahabi dalam at-Tarikh telah menceritakan kabar pemboikotan ini dari Musa bin Uqbah dari Az-Zuhri.

Masih banyak rintangan-rintangan lainnya dalam berdakwah, di antaranya adalah:

  1. Mengolok-olok dan mengejek
  2. Memutuskan hubungan antara Pimpinan dan Pengikut
  3. Tawar-menawar antara mabda (idoelogi) dengan tahta, harta dan wanita
  4. Mencaci-maki
  5. Mendustakan
  6. Propaganda negative dan perlawanan
  7. Menghalangi hijrah
  8. Berusaha membunuh dan mengancam Nabi


Wallahua'lam...
Dikutip dari kitab "Pilar-Pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah"
Pic Source Here

0 komentar: