MATA UANG EMAS DAN PERAK

Manusia tidak bisa memenuhi segala kebutuhannya dari produksinya sendiri. Ia perlu mempertukarkan barang atau harta miliknya dengan milik orang lain. Pada mulanya itu dilakukan secara langsung (sistem barter), namun, sistem ini menyulitkan. Misalnya, seorang petani ingin menukarkan berasnya dengan kambing, padahal pemilik kambing belum tentu menginginkan beras. Untuk itu, perlu sesuatu yang bisa menjadi alat pertukaran agar petani bisa menukarkan berasnya dengan sesuatu lalu menukarkan sesuatu itu dengan kambing. Alat tukar itu adalah sesuatu yang diterima umum sebagai satuan untuk menukar niali barang dan jasa. Sesuatu  yang menjadi satuan hitung itu disebut uang (money). 

Jadi, uang bisa diartikan sebagai sesuatu yang diistilahkan oleh manusia untuk menjadi harga bagi barang dan upah atas tenaga dan jasa, baik berupa uang logam atau selainnya. Dengan uang seluruh barang, tenaga dan jasa bisa dinilai dan dipertukarkan.

Pada beberapa abad yang lalu telah dikenal beberapa jenis mata uang, ada yang terbuat dari perunggu, tembaga, elektrum (campuran alami antara emas dan perak), emas, perak dan lain-lain. Namun, yang paling terkenal adalah mata uang yang terbuat dari emas dan perak, mata uang tersebut dipakai oleh negara-negara besar seperti Persia, Byzantium, Romawi dan Khilafah Utsmani.

Sistem mata uang emas baru ditinggalkan sejak Presiden AS, Richard Nixon, pada 15 Agustus 1971 mengumumkan dolar lepas dari system Bretton Woods. Sejak itu system mata uang emas ditinggalkan total dan digantikan dengan system mata uang kertas yang sama sekali tidak di-back-up dengan emas dan atau perak. Uang kertas jenis ini disebut fiat money dan digunakan diseluruh dunia hingga sekarang.

Apa yang kita namakan dengan mata uang sekarang ini, yaitu Dollar, Yen, Rupiah, Poundsterling, Euro, dan sebagainya, pada hakikatnya hanya selembar kertas biasa (dan yang berbentuk koin juga koin biasa yang tak ada harganya), yang hanya menjadi “uang” karena ada jaminan dari bank. Bank sendiri berani menjamin mata uang yang tak berharga tersebut karena memiliki cadangan devisa berupa emas dan perak.

Emas dan perak inilah yang sampai saat ini terus berupaya direbut dan ditimbun oleh Konspirasi Internasional dari tangan seluruh warga dunia, agar emas dan perak seluruh dunia berada di tangan mereka dan di tangan yang tidak tahu hanyalah selembar kertas tidak berharga yang dipakai sebagai alat transaksi. Keadaan ini akan sangat menguntungkan kaum Konspirasi Internasional yang bisa seenaknya memainkan nilai tukar mata uang tersebut sehingga masyarakat banyak bisa dikendalikan dengan mudah.

Lantas, apa sebenarnya beda emas dan perak dengan mata uangmata uang negaranegara dunia yang sekarang dicetak dari selembar kertas biasa?

Pada prinsipnya, sistem uang kertas (kartal) adalah sistem penipuan terhadap masyarakat banyak.Secara sederhana, sistem ini bisa digambarkan sebagai mencetak sebanyakbanyaknya uang kertas (uang symbol yang sesungguhnya tidak memiliki nilai sama sekali) dan mengguyurnya ke tengah masyarakat. Di lain pihak dalam waktu bersamaan, pengelola atau pengusaha yang mencetak uang kartal itu menarik sebanyak banyaknya batangan emas ke pihaknya dari masyarakat luas. Jadi mereka menukar uang kartal yang sama sekali tidak ada harganya dengan batanganbatangan emas.

Ketika dunia menggunaka emas dan perak sebagai mata uang, tidak pernah terjadi sama sekali masalah-masalah moneter seperti inflasi, fluktuasi nilai tuukar, dan anjloknya daya beli. Professor Roy Jastram dari Berkeley University AS, dalam bukunya The Golden Constant, telah membuktikan sifat emas yang tahan inflasi, menururt penelitiannya, harga emas terhadap beberapa komoditi dalam jangka waktu 400 tahun hingga tahun 1976 adalah konstan dan stabil. (Nurul Huda dkk, 2008:2004).

Mungkin jumlah uang sekarang dibanding dulu lebih besar puluhan kali, tetapi nilai uang sekarang lebih murah. Misalkan Rp. 1 dulu dapat membeli satu bungkus kwaci maka sekarang butuh 1000 rupiah untuk membeli satu bungkus kwaci. Gaji 1 bulan bisa dipakai foyafoya 40 hari (artinya tanpa harus menghemat, mereka masih bisa menabung). Dibandingkan dengan kondisi sekarang, ibu dan bapak bekerja untuk membiayai rumah dengan anak 2 orang dan masih mengeluhkan gaji yang paspasan. Apalah artinya punya banyak uang kalau tidak ada artinya, uang tidak enak dan tidak mengenyangkan, lain halnya dengan makanan atau pakaian yang mempunyai manfaat yang nyata.

Contoh riil yang lain, misalnya seorang tukang becak yang di tahun 1980 mangkal di dekat Senayan. Dia memberi jasa mengantar penumpang sejauh kurang lebih 4 km ke Blok M. Sebagai imbalannya dia diberi uang sebesar Rp 300,00. Artinya Rp 300,00 mewakili jasa mengantar sejauh 4 km dengan becak. Uang ini disimpannya di lemari sampai tahun 2007. Pada saat dia sudah tua, dia mau naik becak dengan jarak yang sama. Kalau Rp 300,00 itu mewakili jasa mengantar sejauh 4 km dengan becak maka kapan saja dia gunakan tanda/alat pembayaran yang sah itu dia akan memperoleh jasa yang sama. Nyatanya tidak demikian. Di tahun 2007 diperlukan Rp 5.000,00 sampai Rp 8.000,00 untuk jasa yang sama. Artinya nilai riil tabungan si tukang becak ini sudah termakan oleh inflasi (baca: pajak tabungan dan pajak ekonomi bawah tanah) walaupun secara sadar si tukang becak tidak pernah merasa membayar pajak.

Keunggulan mata uang kertas dibandingkan mata uang emas dan perak antara lain adalah sebagai berikut:
1. Emas dan perak adalah komoditi, sehingga dapat diperjualbelikan apabila ia tidak digunakan sebagai uang. Artinya emas dan perak mempunyai nilai instrinsik pada dirinya sendiri. Beda dengan uang kertas yang tidak memiliki nilai instrinsik pada barangnya sendiri. Dengan menggunakan mata uang eamas dan perak, suatu negara tidak dapat mensetak mata uang sesukanya lalu mengedarkannya ke pasar. Ini berbeda dengan uang kertas, negara dapat saja mencetak uang kertas berapa pun ia mau, karena uang kertas tidak mempunyai nilai instrinsik pada dirinya sendiri. 
2.  Sistem emas dan perak akan menjamin kestabilan moneter karena emas tidak mudah ditemukan dalam jumlah berelimpah. Tidak seperti sistem uang kertas yang cenderung membawa instabilitas dunia karena penambahan uang kertas yang beredar secara tiba-tiba.
3.  Sistem emas dan perak akan menciptakan keseimbangan neraca pembayaran antar-negara secara otomatis untuk mengoreksi/menyelesaikan ketekoran dalam pembayaran tanpa intervensi bank sentral. Sebaliknya, dalam sistem uang kertas, jika terjadi ketekoran semacam ini uang akan dicetak lebih banyak, sebab tidak ada batasan untuk mencetaknya. Tindakan ini justru akan menimbulkan inflasi dan menurunkan daya beli pada uang di negara tersebut.  
4.  Sistem emas dan perak mempunyai keunggulan yang sanagt prima, yaitu berapapun kuantitasnya dalam satu negara, entah banyak atau sedikit, akan dapat mencukupi kebutuhan pasar dalam pertukaran mata uang. Hal yang sama tidak dapat dikatakan untuk sistem uang kertas. Jika negara mencetak semakin banyak uang kertas, daya beli uang itu akan turun dan terjadilah inflasi. Jelaslah, system uang emas dan perak akan menghapuskan inflasi, sebaliknya sistem uang kertas akan menyuburkan inflasi.
5.  Sistem emas dan perak akan mempunyai kurs yang stabil antar negara. Ini karena mata uang masing-masing negara akan mengambil posisi tertentu terhadap emas atau perak. Dengan demikian, di seluruh dunia pada hakikatnya hanya terdapat satu mata uang, yaitu emas dan perak, meski mata uang yang beredar akan bermacam-macam di berbagai negara.
6.  Sistem emas dan perak akan memelihara kekayaan emas dan perak yang dimiliki oleh setiap negara. Jadi, emas dan perak tidak akan lari dari satu negeri ke negeri lain, sebab, emas dan perak tidak akan berpindah secara percuna atau ilegal, kecuali menjadi harga bagi barang atau jasa.

Itulah sekilas keunggulan mata uang emas dan perak. Dengan memahami berbagai keunggulan itu, kita tidak perlu lagi meragukan kemampuan mata uang emas dan perak dalam mengatasi masalah-masalah moneter yang menyengsarakan umat manusia selama ini.

Wallahu a'lam.

0 komentar: