KEPRIBADIAN ISLAM


Syaksiyah (kepribadian) setiap manusia dibentuk oleh ‘aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap)-nya. Dengan demikian sangat salah apabila menilai kepribadian seseorang berdasarkan penampakan fisik semata, menganggap bahwa hal tersebut berpengaruh terhadap kepribadian seseorang.

Sebagai gambaran, apakah dapat dikatakan bahwa apabila seseorang memiliki wajah yang buruk dan menyeramkan, paras yang kasar, kulit hitam, dan wajah yang bengis adalah orang yang jahat? Sedangkan seseorang yang memiliki wajah elok, kulit putih, mata indah, gerak-geriknya lemah lembut dan wajah yang menawan adalah karakter seseorang yang mempunyai kepribadian baik? Tentu saja tidak demikian bukan?

Aqliyah (pola pikir) adalah cara yang digunakan untuk memikirkan sesuatu, yakni cara mengeluarkan keputusan hukum tentang sesuatu, berdasarkan kaidah tertentu yang diimani dan diyakini seseorang. 

Apabila cara berpikir kita Islami, maka sandaran kita untuk mengambil suatu keputusan terhadap suatu perkara haruslah berlandaskan kepada aqidah Islam. Apabila landasan berpikir yang digunakan bukan aqidah Islam maka ‘aqliyah (pola pikir) tersebut berarti tidak Islami. Dengan demikian yang menentukan apakah ‘aqliyah (pola pikir) tersebut ‘aqliyah Islamiyyah (pola pikir Islami) atau  pola pikir yang tidak Islami adalah aqidah apakah yang dijadikan sebagai landasan berpikir. 

Contoh sederhana, misalkan ketika seseorang mempunyai rizki dan atau kekayaan dan ia memutuskan akan memanfaatkannya hanya untuk bersenang-senang, berjudi, mabuk-mabukan dan  hal-hal sejenisnya, maka pola pikirnya bukanlah pola pikir Islami, karena yang dipikirkan hanyalah kesenangan belaka, tidak peduli lagi apakah perbuatan yang dilakukannya tersebut baik ataukah buruk menurut syariah Islam. 

Sedangkan  nafsiyah (pola sikap)  adalah cara yang digunakan seseorang untuk memenuhi tuntutan gharizah (naluri) dan  hajat al-’adhawiyah (kebutuhan jasmani); yakni upaya memenuhi tuntutan tersebut berdasarkan kaidah yang diimani dan diyakininya.

Tatkala seseorang memenuhi naluri dan atau kebutuhan jasmaninya dengan berdasarkan kaidah Islam maka nafsiyahnya adalah nafsiyah Islamiyah, demikian juga sebaliknya, apabila pemenuhan tersebut berdasarkan kaidah selain Islam maka nafsiyahnya adalah bukan nafsiyah Islamiyah. 

Syaksiyah Islamiyyah dibentuk oleh dua hal tadi, aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap), kedua-duanya haruslah berdasarkan aqidah Islam. Tidak dapat dikatakan  bahwa seseorang itu berkepribadian Islam apabila hanya ‘aqliyahnya saja yang berdasarkan aqidah Islam, demikian juga sebaliknya, apabila hanya nafsiyahnya saja yang sesuai dengan aqidah Islam sedangkan ‘aqliyahnya tidak sesuai, maka yang demikian itu bukanlah berkepribadian Islam.

Tidak cukup hanya dengan ‘aqliyahnya saja yang sesuai dengan Islam, akan tetapi nafsiyahnya bertentangan. Orang seperti ini mungkin saja mampu memutuskan sesuatu sesuai dengan Islam, akan tetapi ia tidak melaksanakan apa yang diputuskannya tersebut. Ia tidak mengerjakan sholat, puasa, membayar zakat dan naik haji dan sebagainya padahal Ia menghukumi bahwa hal itu semua harus dikerjakan.

Begitu pula sebaliknya, apabila nafsiyah yang dimiliki sesuai dengan Islam akan tetapi ‘aqliyahnya bertentangan, maka hal demikian bukanlah Syaksiyah Islamiyah (kepribadian Islam).. Mungikn saja Ia bersemangat dan mengerjakan kewajiban-kewajiban sebagai seorang muslim, akan tetapi dengan cara yang salah. Bisa saja Ia berpuasa di dalam hari yang diharamkan untuk berpuasa, mengerjakan sholat sebelum waktunya dan mendekatkan diri kepada Allah dengan menyembah berhala.

Demikianlah, seseorang mempunyai Syaksiyah Islamiyah (Kepribadian Islam) apabila ‘aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap)-nya berdasarkan dan sesuai dengan aqidah Islam..




 -- ---- -- -- -- -- - -- - -- - - -- -- - - -- - - -- - - -- - - - -- --- - - -- - - -- - - - -- - - -- - - - - -- - - - - -- - - -



Catatan : salah satu naluri yang dimiliki manusia adalah naluri untuk beragama, hal ini adalah fitrah yang ada di dalam diri setiap manusia. Tidak dapat diingkari, sekalipun orang yang mengaku tidak mempercayai eksistensi Sang Kholiq (Sang Pencipta), sebagai bukti, Ia masih mengkultuskan (mensucikan) sesuatu yang Ia anggap lebih besar dan berkuasa dari dirinya sendiri. Bahkan kata-kata "Oh my God! " selalu muncul dalam perkataan mereka, hal yang tidak mereka sadari.

=========================================================================

Gunakanlah kesempatan yang masih diberi, semoga kita tidak akan menyesal. Masa usia kita jangan disia-siakan karena ia tidak akan kembali.. Ingat lima perkara sebelum datang lima perkara:
1. Sehat sebelum datang sakit
2. Muda sebelum datang tua
3. Kaya sebelum datang miskin
4. Lapang sebelum datang sempit
5. Hidup sebelum datang mati

Wallahu ‘alam bswb..


0 komentar: