PILAR-PILAR PENGOKOH NAFSIYAH ISLAMIYAH 1

Tingkah laku (suluk) dipengaruhi oleh mafahim (persepsi) dan muyul (kecenderungan). Mafahim adalah makna-makna pemikiran bukan makna-makna dari lafadz (tidak setiap lafadz mengandung pemikiran). Dipengaruhi mafahim karena mafahimlah yang menentukan mana yang baik dan mana yang buruk suatu fakta, mana yang patut dan mana yang tidak patut untuk dilakukan. Sedangkan muyul adalah dorongan yang mendorong manusia untuk memenuhi kebutuhan dan nalurinya. 




Kepribadian manusia tebentuk oleh dua hal, yaitu :

1.   'Aqliyah          : Pola Pikir
2.   Nafsiyah        : Pola Sikap

'Aqliyah adalah cara seseorang berpikir dan atau memutuskan sesuatu dengan suatu kaidah tertentu yang diimani dan diyakininya. Nafsiyah adalah cara seseorang memenuhi naluri dan kebutuhan jasmaninya berdasarkan kaidah yang diimani dan diyakininya.

Syaksiyah Islamiyah akan terbentuk apabila 'aqliyah dan nafsiyah-nya berdasarkan ‘aqidah Islam. Tidak akan sempurna syaksiyah Islamiyah seseorang apabila hanya salah satu dari 'aqliyah dan nafsiyah-nya saja yang berdasarkan 'aqidah Islam, hanya 'aqliyah saja yang berdasarkan 'aqidah Islam, sedang nafsiyah-nya tidak, begitu juga sebaliknya, hanya nafsiyah-nya saja yang berdasarkan 'aqidah Islam sedangkan 'aqliyah-nya tidak berdasarkan 'aqidah Islam, syaksiyah seperti ini tidak bisa disebut sebagai syaksiyah Islam.

Dengan meningkatkan pemahaman terhadap tsaqofah Islam yang dimiliki maka akan meningkatkan 'aqliyah-nya, dengan meningkatkan ketaaannya maka akan meningkatkan nafsiyah-nya. 

1.  Bersegera Melaksanakan Syariah

Kaum Muslim diperintahkan untuk bersegera melaksanakan apa-apa yang telah perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Kaum Muslim diperintahkan untuk tidak menunda-nunda suatu amal kebaikan, karena menunda suatu amal kebaikan berarti menyia-nyiakan suatu kesempatan untuk memperoleh pahala. 

Rasulullah saw. bersabda :

Bersegeralah beramal sebelum datang berbagai fitnah laksana potongan-potongan malam yang gelap. (Saat itu) di pagi hari seseorang beriman tapi di sore harinya ia menjadi kafir. Di sore hari seseorang beriman tapi di pagi harinya ia kafir. Ia menjual agamanya dengan harta dunia. (HR Muslim dari Abu Hurairah).

Sesungguhnya orang-orang yang bersegera menuju ampunan Allah dan surga-Nya, serta bersegera melaksanakan amal sholeh, mereka adalah orang-orang yang beruntung. Allah telah menyediakan bagi mereka surga yang luasnya seluas langit dan bumi. 

Allah SWT berfirman :
  
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (TQS. Ali Imran : 133)

2. Memelihara Al-Qur’an

Al-Qur’an yang mulia adalah firman Allah SWT. Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah saw., melalui wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril, baik lafadz maupun maknanya; membacanya merupakan ibadah, sekaligus sebagai mukjizat yang sampai kepada kita secara mutawatir.

Allah SWT berfirman :

Dia dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang- orang yang memberi peringatan. (TQS. asy-Syu’ara: 193-194)

Tidak datang padanya kebatilan dari sebelum dan sesudahnya, diturunkan dari Dzat yang Maha Bijak dan Terpuji.. (TQS. Fushshilat : 42)

Para pengemban Al-Qur’an (Kaum Muslim) diperintahkan untuk menelaah, mengamalkan serta senantiasa memelihara Al-Qur’an, di mana saja dan kapan saja. 

Orang yang terbaik diantara kalian adalah orang yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya. (HR. al-Bukhâri dari Utsman bin Affan r.a)

Orang yang mahir dengan al-Quran akan bersama-sama dengan rombongan malaikat yang mulia dan senantiasa berbuat baik. Dan orang yang membaca al-Quran tapi terbata-bata dan sangat berat baginya, ia akan mendapatkan dua pahala.  (HR. Muslim dari ‘Aisyah, Ummul Mukminin. r.a)

Sesungguhnya orang yang dalam hatinya tidak ada al-Quran sedikitpun (yang dia hafal) bagaikan rumah yang akan roboh. (HR. At-Tirmidzi, Ia menshahihkannya. Dan ini adalah hadits shahih).

Sesungguhnya Al-Qur’an mempunyai kedudukan yang agung dan kedudukan yang tinggi bagi para pengembannya. Bagi Kaum Muslim, Al-Quran adalah sebaik-baik bekal bagi, Al-Qur’an adalah rambu-rambu dari kegelapan menuju cahaya, Al-Qur’an adalah sandaran yang kokoh dalam menghadapi cobaan hidup, Al-Qur’an adalah penyiram hati dan teman setia yang mengiringi setiap langkah mereka.


3.  Cinta Kepada Allah dan Rasul-Nya

Al-Azhari berkata, "Arti cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya adalah menaati dan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya. "Al-Baidhawi berkata, "Cinta adalah keinginan untuk taat." Ibnu Arafah berkata, "Cinta menurut istilah orang arab adalah menghendaki sesuatu untuk meraihnya." Al-Zujaj berkata, "Cintanya manusia kepada Allah dan Rasul-Nya adalah menaati keduanya dan ridha terhadap segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasulullah saw."

Sedangkan arti cinta Allah kepada hamba-Nya adalah ampunan, ridha dan pahala. Al-Baidhawi berkata ketika menafsirkan firman Allah:

Niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. (TQS. Ali ‘Imran : 31).

Cinta yang benar kepada Allah dan Rasul-Nya adalah melebihi segalanya, lebih cinta kepada Allah daripada keluarganya, saudaranya, dirinya sendiri,  hartanya, golongan dan pangkatnya dan segalanya yang ada. 

Tidak beriman seorang hamba hingga aku lebih dicintai daripada keluarganya, hartanya, dan seluruh manusia yang lainnya. (Mutafaq ‘alaih).


Wallahua'lam bswb.. 

Sumber gambar klik di sini
Sumber tulisan : Pilar-Pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah


0 komentar: