Cinta dan Benci Karena Allah

Perasaan cinta dan benci, senang dan sedih adalah masalah hati, perasaan-perasaan itu semua pasti akan kita jumpai dalam kehidupan yang fana dan singkat ini. Hal yang wajar dan fitrah dalam setiap diri manusia yang lemah dan serba kurang. Akan senang dan gembira karena pertemuan dan akan sedih dan nelangsa karena perpisahan, hal yang wajar dan biasa kita alami, bagaikan siang yang menggantikan malam.

Hanya saja yang menjadi masalah adalah apabila perasaan benci dan cinta, senang dan sedih tadi timbul karena nafsu semata, apabila ini terjadi maka buah yang akan kita petik dan dapatkan hanyalah "sia-sia", bahkan hanya keletihan yang merugikan yang kita dapatkan. Karena benci dan sedih yang kita rasakan akan menguras tenaga dan pikiran, sehingga rugilah kita karenanya. 

Namun, apabila perasaan sedih dan benci atau cinta dan senang yang kita rasakan semata-mata karena Allah, maka beruntunglah kita, tenaga dan pikiran kita tidak akan menghasilkan buah "sia-sia", rasa letih yang kita rasakan tentu akan hilang, sedang kebaikan akan dinilai sebagai pahala dan tidak akan hilang, sebagai bekalan untuk bertemu kepada Allah kelak.

Rencanakan jalan hidup kita dari titik akhir, titik akhir adalah tempat yang pasti akan jumpai kelak setelah kematian, kita kekal di dalamnya. Dari situ kita melihat dengan jelas tujuan hidup yang singkat ini, ketika kita telah mampu melihat tujuan kita, maka arah dan tujuan terlihat jelas. Sekarang tinggal kita memetakan jalan dan melangkahkan kaki, menapaki jalan menuju titik akhir yang kita inginkan, tentu saja surga seluas langit dan bumi yang sedia menanti, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa.

Arti cinta dan benci karena Allah

Cinta karena Allah adalah mencintai hamba Allah karena keimanannya kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya. Benci karena Allah adalah membenci hamba Allah disebabkan kekufuran dan perbuatan maksiatnya. Mencintai apa-apa yang Allah cintai dan membenci apa-apa yang Allah benci.

Hadits dari Anas bin Mâlik yang dikeluarkan oleh al-Bukhari, Rasulullah saw. bersabda :

Siapa pun tidak akan merasakan manisnya iman, hingga ia mencintai seseorang tidak karena yang lain kecuali karena Allah semata.

Hadits dari Abdullah bin Mas’ud riwayat al-Hâkim dalam al-Mustadrak, beliau berkomentar, "Hadits ini shahih  isnâd-nya meski tidak dikeluarkan oleh al-Bukhâri  dan Muslim." Ibnu Mas’ud berkata; Rasulullah saw. pernah bersabda kepadaku:

Wahai Abdullah bin Mas’ud! Ibnu Mas’ud berkata, "Ada apa Ya Rasulullah (ia mengatakannya tiga kali)." Rasulullah bertanya, "Apakah engkau tahu, tali keimanan manakah yang paling kuat?" Aku berkata, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." Rasulullah bersabda, "Tali keimanan yang paling kuat adalah loyalitas kepada Allah, dengan mencintai dan membenci (segala sesuatu) hanya karena-Nya." (al-Hadits).

Dengan demikian, cinta karena Allah dan benci karena Allah termasuk sifat seorang muslim yang paling besar, yang mereka itu mengharap keridhaan Allah, Rahmat-Nya, pertolongan, dan surga-Nya.

Wallahua’alam.

0 komentar: